ilustrasi |
Setelah menampakan sosoknya pada event Tokyo Motor Show pada tahun 2013 yang lalu, pasti ada sedikit kekecewaan karena pilihan rangka bukanlah deltabox. Padahal rangka deltabox selain punya kemampuan yang lebih baik dalam hal “Performance” , konsumen juga sudah bosan dengan pilihan rangka pipa sehingga deltabox mungkin bisa dianggap sebagai “pengusir” dahaga. Akan tetapi kenapa tidak pakai deltabox?
OM mencoba menganalisis dan menurut OM ada beberapa sebab, di antaranya adalah
1. Cost Production
Tak dapat dipungkiri bahwa biaya produksi rangka deltabox lebih mahal dibandingkan dengan rangka tubular karena harus lewat proses press dan lagi kualitas materialnya harus disesuaikan agar mampu “mengimbangi” mesin 250cc plus memberikan handling yang baik. Walaupun menggunakan alumunium alloy tetap saja biayanya masih tinggi. Belum lagi biaya produksi mesin dua silinder DOHC yang juga tinggi, walaupun lokal punya tapi tetap masih tinggi. Lalu kenapa FZ150i alias V-ixion bisa menggunakan rangka deltabox?
Pertama karena terbantu oleh mesin yang “dibawa”. Biaya produksi mesin SOHC 150cc 4 klep lebih murah daripada mesin DOHC 4 klep. Apalagi tiap bulan setidaknya bisa memproduksi hingga lebih dari 30.000 unit sehingga biaya produksi semakin bisa ditekan. Selain itu juga ada yang “disunat” seperti gearbox yang hanya memboyong 5 percepatan.
Bisa saja V-ixion “menggendong” mesin DOHC tapi dijamin harganya tidak akan bisa di angka 23 jutaan (otr jkt per februari 2014) dan kalaupun bisa, pasti akan banyak yang “disunat”. Seperti rival utamanya yang memakai mesin DOHC 150cc 4tak, bisa diset di angka 23 jutaan tapi rangka tidak deltabox, ban dan velg tidak lebar, tidak ada O2 sensor, tutup tangki masih tidak rata, bak kopling dan magnet dilebur warna hitam, sensor speedometer masih di roda depan n dkk. Itulah buktinya bahwa biaya produksi rangka deltabox dan mesin DOHC memang tinggi.
2. Bukan Klan YZF
Masih belum ada kepastian apakah akan masuk ke klan YZF atau tidak tapi yang jelas mulai dari YZF R1, YZF R6 hingga YZF R125 memakai deltabox dan full fairing dengan dual headlamp. Berhubung R25 tidak pakai deltabox ada kemungkinan tidak masuk ke klan YZF sehingga ada kemungkinan juga bahwa jumlah headlamp yang diusung hanya berjumlah satu. Karena itu nama resmi akan sangat ditunggu, bila memang masuk klan YZF, berarti sepertinya pihak Yamaha sedang mencoba hal yang baru.
3. Sudah Ada Kompetitor Sebagai Patokan
Yups.....kehadiran kompetitor juga bisa membuat Yamaha tidak tampil all out. Calon rival yang tak mengusung rangka perimeter saja masih bisa laris manis, jadi kenapa harus ngotot pakai deltabox? Selain itu berhubungan dengan biaya produksi deltabox yang tinggi, mau dijual berapa? Pastinya harga jualnya bisa lebih dari 55 juta rupiah bila pakai deltabox dan apa kata orang. Pasti kata overprice akan terlampir karena harga motor CKD setara atau bahkan lebih mahal dari motor CBU. Jadi menurut OM sepertinya Yamaha ingin bermain disektor harga dan masalah harga ini berlanjut ke no 4.
4. Harga dan Memuaskan
Dengan memakai rangka tubular yang lebih rendah biaya produksinya, ditambah lagi dengan produksi lokal, menggedor rival lewat harga bisa dilakukan. Selain itu sepertinya Yamaha juga ingin memenuhi dan memuaskan keinginan konsumen yang ingin memiliki supersport tapi dana masih belum cukup sehingga bisa beralih ke light sportbike atau bisa juga dibilang yang ingin moge tapi dananya belum cukup bisa beralih ke mini moge. Raungan suara mesin 2 silindernya setidaknya bisa juga menghilangkan penat karena sudah terlalu sering mendengarkan suara mesin 1 silinder.
Itulah beberapa alasan menurut hasil analisis OM. Maaf ya bila terlalu panjang dan terima kasih telah sudi mampir dan membacanya. ^_^
No comments:
Post a Comment