Konsumsi BBM adalah salah satu hal yang cukup mendapatkan perhatian bagi yang hendak meminang sebuah kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor. Semakin langkanya bahan bakar jenis fosil ini yang membuat harganya semakin melambung tinggi menjadikan konsumsi bbm cukup menjadi perhatian. Walaupun sekarang sudah masuk eranya mesin 4 nada bahkan sudah mulai memasuki era injeksi yang dapat membuat campuran bbm dan udara menjadi lebih optimal sehingga bisa menjadi lebih irit, tetap saja hasil dari pengujian konsumsi bbm sangat dinanti.
Tapi terkadang justru begitu ada hasil tes konsumsi bbm, tak sedikit yang masih bingung bercampur heran, kenapa hasilnya berbeda-beda?Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan berbedanya hasil tes konsumsi bbm menurut OM, yaitu :
1. Banyaknya bobot yang dibawa. Semakin berat bobot yang dibawa maka semakin banyak bbm yang diperlukan.Contoh mudahnya seperti ini, mas bro mba sist bisa bandingkan menarik gerobak ketika belum ada isinya dengan yang sudah terisi setengah dan juga yang sudah terisi penuh. Ketika menarik gerobak yang kosong tentunya akan sangat mudah, enteng kan? Lalu gerobak diisi hingga setengahnya, mulai berat kan menariknya?Lalu diisi lagi hingga penuh, pastinya tenaga yang cukup besar akan dikerahkan agar gerobak bisa ditarik. Sama seperti sepeda motor, semakin berat bobot yang ada maka diperlukan tenaga yang semakin besar dan tenaga yang besar tentunya dari semakin banyaknya pasokan bbm yang masuk ke ruang bakar.
2. Gaya berkendara. Di sini akan ketahuan mana tangan yang "disekolahin" dan mana yang ngga...hehehe ...maksudnya adalah gaya berkendara kita termasuk golongan santai dalam "memainkan" grip gas dengan mengurut serta kecepatan dijaga konstan atau suka berakselerasi hingga gas pol mencapai top speed. Dari hasil ujicoba yang OM lakukan, ketika berjalan santai dengan ritme mesin yang terjaga, 1 liter premium bisa menempuh jarak 31,5km. Sementara bila kecepatan tak dijaga, kadang pelan kadang gas pol maka 1 liter premium hanya sanggup menempuh jarak 27km. Bahasa kerennya antara Econo riding dengan non econo riding.
3. Kondisi daerah. Daerah macet dengan daerah yang lenggang tentu akan berbeda konsumsi bbmnya. Di daerah macet kecepatan tidak bisa dijaga konsisten alias stop n go, pasokan bbm yang masuk ke ruang bakar tidak stabil, kadang butuh banyak kadang sedikit. Beda yang di daerah lenggang (sepi), pasokan bbm bisa dikucurkan konstan kecuali kalo mau ngebut. Nah menurut OM, faktor ketiga adalah jawaban kenapa hasil tes konsumsi bbm media massa dengan blogger kondang seperti mas taufik berbeda. Sebagian besar media massa melakukan tes konsumsi bbm di jalanan ibukota jakarta yang muaaaceeetnya nampol. Sementara mas taufik berada di daerah yang bisa dibilang cukup lenggang walaupun tidak lenggang-lenggang banget. Dari hasil percobaan OM ketika berkendara di daerah Jakarta konsumsi bbm lebih boros tapi kalau dari Jakarta ke Serpong atau Jakarta - Bogor, OM bisa catatkan konsumsi bbm yang lebih irit.
No comments:
Post a Comment