Setelah beberapa waktu yang lalu terkena paku yang kepalanya telah hilang dan sudah karatan, ban belakang OM terkena paku yang sangat mulus dan masih seperti baru. Bila sebelumnya menancapnya miring sehingga tak tebus hingga ke dalam, kini si paku mulus itu menancap tegak lurus dengan manisnya di ban belakang. Tak sampai 5 detik udara di ban belakang langsung habis karena selain masih mengadopsi tube type, si paku yang mulusnya bukan meong itu membuat satu lubang lagi dengan indahnya sehingga udara sudah tak malu-malu lagi untuk keluar dari ban. Beruntung hanya berjarak sekitar 200 meter dari tempat kejadian, ada tukang tambal ban (wah jadi curiga nih tapi ga soudzon ah).
Prosesi dorong motor akhirnya sampai juga di tukang tambal dan sudah satu "pasien" yang sedang dioperasi bannya. Setelah mengutarakan keinginan kepada tukang tambal ban, ngobrol dulu sama "pasien" yang lain dan ternyata bocornya juga sama di tempat OM bocor. Maksudnya TKPnya yang sama, wah jadi makin curiga nih. Akhirnya dapat giliran juga untuk dioperasi, dicek ternyata memang ada dua lubang dan akhirnya ditambal saja. Karena tadi tidak melihat cara operasinya lantaran begitu datang, operasi pasien yang lain telah memasuki proses memasukan ban dalam ke ban luar saja,OM jadi terkejut. Bagaimana tidak??
Ternyata penambalannya tidak dibakar melainkan hanya ditempel dan dari pengalaman, penambalan dengan ditempel saja tidak begitu kuat dan hanya bertahan hingga beberapa kilometer saja. Begitu operasi selesai, yang ada dipikiran OM hanya satu yaitu buru-buru ke tempat tukang tambal ban terdekat yang OM percaya untuk menambal ban. Benar saja, baru jalan 5 Km ban belakang sudah mulai tak beraturan geraknya dan OM bisa pastikan 500m sebelum mencapai tukang tambal ban yang OM percayai menganut sistem tambal bakar sudah habis angin di ban. Itulah pengalaman OM, semoga bisa diambil hikmahnya terutama bila ketemu dengan tukang tambal ban yang menganut metode tempel.
aw...aw |
No comments:
Post a Comment