Motor sering kali dianggap sebagai biang kemacetan, apa ente semua setuju dengan pernyataan tersebut??Pada dasarnya OM tidak setuju, hanya orang - orang yang ada dijalan pada jam - jam kerja saja yang bilang seperti itu.
Kenyataannya pada jam yang bukan jam kerja, jalanan masih tetap macet dan biang kemacetannya bukanlah motor karena pada jam tersebut, jumlah motor hanya sedikit dan tidak banyak seperti jam kerja. Ternyata kendaraan yang banyak pada saat bukan jam kerja adalah mobil. Seharusnya mobil yang pantas dianggap sebagai biang kemacetan. Mobil yang memenuhi jalan di semua jam, baik jam kerja maupun bukan jam kerja. Apalagi ketika bertemu dengan perempatan lampu lalu lintas, mobil selalu memenuhi jalan terlebih dahulu sehingga motor bingung hendak lewat jalan yang mana hingga akhirnya lewat di sebelah kiri yang banyak jalan rusak dan paku - paku yang bertebaran atau terpaksa selap selip di antara mobil. Yang lebih miris lagi ketika mobil - mobil dnegan sangat rapat sekali memenuhi jalan sampai tidak ada celah untuk lewat.Ikut mengantri dibarisan mobil tapi malah diklakson dan dimarahi oleh mobil di belakangnya
atau jika jarak antara lampu merah dengan lampu merah dijalan berikutnya tidak begitu jauh, barisan mobil sudah tidak bisa bergerak sampai dititik perempatan sehingga tidak mungkin motor antri dibelakangnya, kalau ikut ngantri ya bisa tambah parah dah macetnya, ya kan?
Hal ini sering terjadi didaerah kebon jeruk, tepatnya di sepanjang jalan panjang atau bisa di daerah mampang dan daerah lainnya.Jadi motor bukanlah biang kemacetan, justru motor itu sebagai alat transportasi yang dapat memecahkan kemacetan yang ada.
No comments:
Post a Comment